Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (YAPINK) yang berdiri kokoh di tepi Jalan Sultan Hasanuddin, Tambun Selatan, Bekasi merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di daerah Bekasi. Pesantren ini resmi dibuka dan mulai menjalankan operasional pendidikan pertama kali pada tanggal 20 Pebruari 1969, dengan dukungan dari beberapa tokoh Desa Tambun dan dikomandoi oleh Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar. Melihat proses awalnya, YAPINK didirikan karena rasa prihatin terhadap kondisi masyarakat Desa Tambun yang saat itu masih sulit mengenyam pendidikan—khususnya pendidikan agama. Selain itu, tersebar berita bahwa akan didirikan sebuah tempat ibadah bagi umat non-Muslim di kawasan Desa Tambun, padahal secara mayoritas penduduknya beragama Islam. Karena itu, para tokoh masyarakat Desa Tambun berusaha melakukan antisipasi agar rencana itu tidak akan jadi bumerang di kemudian hari.
Kekhawatiran akan bergesernya keyakinan masyarakat dan tekad untuk membentengi akidah generasi penerus menjadi salah satu motivasi utama untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan agama yang sejalan dengan keyakinan dan norma-norma yang dipegang teguh oleh masyarakat. Oleh sebab itu, digelarlah pertemuan khusus oleh beberapa tokoh Desa Tambun, yang diprakarsai oleh (Alm.) H. Abdillah Mas'ud (ayah mertua Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar), dan dihadiri oleh (Alm.) H. Ahmad Sadeli, (Alm.) H. Marzuki Alam, (Alm.) H. Abd. 'Ain, Ust. Bukhori, BA, dan beberapa tokoh lainnya. Hasil pertemuan tersebut menyepakati untuk mendirikan sebuah madrasah yang nanti akan dipimpin oleh seorang mu'allim (guru) yang akan didatangkan dari daerah Jawa Timur.
Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, berangkatlah (Alm.) H. Abdillah Mas'ud dan (Alm.) H. Ahmad Sadeli ke Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk menemui sang kyai dan meminta arahan selanjutnya. Kyai Pesantren Tebuireng merespon positif niat dari masyarakat Desa Tambun, lalu beliau merekomendasikan untuk menemui "Moh. Dawam Anwar", seorang alumni Pesantren Tebuireng yang dianggap layak untuk mengemban amanat masyarakat Tambun. Kapabilitasnya diakui oleh sang kyai karena ia pernah menjadi guru agama dan Bahasa Arab di Pesantren Tebuireng, juga di Pesantren Seblak, Jombang. Saat itu, ia sedang menyelesaikan akhir studinya di Fakultas Adab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Melalui beberapa kali pertemuan yang dilakukan, akhirnya diperoleh kesepakatan untuk mendirikan sebuah Madrasah Tsanawiyah dengan Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar sebagai pimpinannya. Beliau namakan madrasah tersebut sebagai Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (PINK) yang selanjutnya didaftarkan kepada pemerintah atas nama Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (YAPINK).
Di hari pertama madrasah itu dibuka, sebenarnya beliau menggunakan nama "Madrasah Tsanawiyah Salafiyah el-Nur el-Kasysyaf". Masyarakat merespon positif pendirian madrasah tersebut hingga dapat menjaring sebanyak 40 murid putra dan putri yang umumnya sudah putus sekolah. Namun, setelah belajar selama tiga tahun, hanya 25 siswa yang lulus. Untuk menampung lulusan Tsanawiyah, PINK membuka madrasah Aliyah. Namun, ternyata hanya empat orang siswa saja yang melanjutkan di Aliyah PINK. Selebihnya ada yang meneruskan belajar di pesantren lain dan ada pula yang bekerja. Meskipun siswanya hanya tinggal empat orang yang masuk ke kelas 1 Aliyah—bahkan hingga tiga tahun pelajaran hanya 4 orang itu saja siswanya di Aliyah—namun para guru tetap mengajar dengan semangat hingga empat siswa itu lulus dari Aliyah PINK.
Dua orang lulusan dari Aliyah PINK meneruskan belajar di Fakultas Adab IAIN (sekarang UIN), Jakarta. Satu orang melanjutkan studi di IKIP (sekarang UNJ), Rawamangun, mengambil Jurusan Bahasa Arab, dan satu orang lagi bekerja. Dua orang alumni pertama Aliyah PINK yang kembali berkhidmah di PINK setelah menyelesaikan kuliahnya adalah Drs. H. Abd. Rosyid Thoha, M.Mpd, lulusan Fakultas Adab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan (Alm.) Drs. Moh. Fauzi Yunus, M.Mpd, lulusan IKIP, Rawamangun, Jakarta.
Sejak awal berdiri, YAPINK telah mengalami empat kali pergantian pimpinan. Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar menjabat sebagai Pimpinan YAPINK, hingga akhir hayat beliau pada tanggal 27 Januari 2003. Selanjutnya, kepemimpinan diamanatkan kepada Ustz. Hj. Nurhaidah Abdillah (isteri almarhum/anak dari Alm. H. Abdillah) yang menjabat mulai tahun 2003 sampai dengan 2008. Dalam masa transisi, Alm. H. Abdillah—Ketua Dewan Pendiri saat itu—memberikan mandat kepemimpinan kepada caretaker, (Alm.) Ust. Abd. Fattah Yasin Anwar, SS (adik Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar) pada bulan Januari-Maret 2008. Dan terakhir, pada bulan Maret 2008 kepemimpinan diamanatkan kepada H. Ahmad Kholid Dawam, Lc. M.Hum (putera Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar) hingga saat ini.
Pesantren YAPINK yang beraliansi pada Nahdlatul Ulama (NU), menitikberatkan pendidikannya pada pendalaman ilmu Al-Quran-Al-Hadits, kemampuan Bahasa Arab dan penguasaan membaca kitab kuning. Saat ini YAPINK telah menjadi salah satu lembaga pendidikan yang besar, dengan berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari Raudlatul Athfal (RA/TK Islam), MI, MTS, MA, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (INISA). Dalam bidang pengabdian masyarakat, YAPINK berkhidmah dengan menyelenggarakan Majelis Ta'lim dan Bimbingan bagi calon-calon jamaah haji dan umroh melalui KBIHU YAPINK. Pesantren YAPINK sudah cukup lama berkiprah di tengah-tengah masyarakat dan telah melahirkan ribuan alumni terbaiknya yang tersebar di mana-mana. Bahkan, saat ini YAPINK telah memiliki 10 cabang binaan yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Lampung. Hal ini patut disyukuri, karena cita-cita Almarhum Kyai Dawam yang telah memberikan nama pesantrennya sebagai "el-Nur el-Kasysyaf" (cahaya penerobos) dengan izin Allah swt. telah terbukti. Para alumninya menjadi tokoh-tokoh yang hebat dan berguna di masyarakatnya masing-masing. Semoga Pesantren YAPINK selalu berjaya dalam semua harapan, dan senantiasa dalam lindungan dan kasih sayang Allah swt. Amin.
Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (YAPINK) yang berdiri kokoh di tepi Jalan Sultan Hasanuddin, Tambun Selatan, Bekasi merupakan salah satu pesantren tertua yang ada di daerah Bekasi. Pesantren ini resmi dibuka dan mulai menjalankan operasional pendidikan pertama kali pada tanggal 20 Pebruari 1969, dengan dukungan dari beberapa tokoh Desa Tambun dan dikomandoi oleh Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar. Melihat proses awalnya, YAPINK didirikan karena rasa prihatin terhadap kondisi masyarakat Desa Tambun yang saat itu masih sulit mengenyam pendidikan—khususnya pendidikan agama. Selain itu, tersebar berita bahwa akan didirikan sebuah tempat ibadah bagi umat non-Muslim di kawasan Desa Tambun, padahal secara mayoritas penduduknya beragama Islam. Karena itu, para tokoh masyarakat Desa Tambun berusaha melakukan antisipasi agar rencana itu tidak akan jadi bumerang di kemudian hari.
Kekhawatiran akan bergesernya keyakinan masyarakat dan tekad untuk membentengi akidah generasi penerus menjadi salah satu motivasi utama untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan agama yang sejalan dengan keyakinan dan norma-norma yang dipegang teguh oleh masyarakat. Oleh sebab itu, digelarlah pertemuan khusus oleh beberapa tokoh Desa Tambun, yang diprakarsai oleh (Alm.) H. Abdillah Mas'ud (ayah mertua Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar), dan dihadiri oleh (Alm.) H. Ahmad Sadeli, (Alm.) H. Marzuki Alam, (Alm.) H. Abd. 'Ain, Ust. Bukhori, BA, dan beberapa tokoh lainnya. Hasil pertemuan tersebut menyepakati untuk mendirikan sebuah madrasah yang nanti akan dipimpin oleh seorang mu'allim (guru) yang akan didatangkan dari daerah Jawa Timur.
Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, berangkatlah (Alm.) H. Abdillah Mas'ud dan (Alm.) H. Ahmad Sadeli ke Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk menemui sang kyai dan meminta arahan selanjutnya. Kyai Pesantren Tebuireng merespon positif niat dari masyarakat Desa Tambun, lalu beliau merekomendasikan untuk menemui "Moh. Dawam Anwar", seorang alumni Pesantren Tebuireng yang dianggap layak untuk mengemban amanat masyarakat Tambun. Kapabilitasnya diakui oleh sang kyai karena ia pernah menjadi guru agama dan Bahasa Arab di Pesantren Tebuireng, juga di Pesantren Seblak, Jombang. Saat itu, ia sedang menyelesaikan akhir studinya di Fakultas Adab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Melalui beberapa kali pertemuan yang dilakukan, akhirnya diperoleh kesepakatan untuk mendirikan sebuah Madrasah Tsanawiyah dengan Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar sebagai pimpinannya. Beliau namakan madrasah tersebut sebagai Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (PINK) yang selanjutnya didaftarkan kepada pemerintah atas nama Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf (YAPINK).
Di hari pertama madrasah itu dibuka, sebenarnya beliau menggunakan nama "Madrasah Tsanawiyah Salafiyah el-Nur el-Kasysyaf". Masyarakat merespon positif pendirian madrasah tersebut hingga dapat menjaring sebanyak 40 murid putra dan putri yang umumnya sudah putus sekolah. Namun, setelah belajar selama tiga tahun, hanya 25 siswa yang lulus. Untuk menampung lulusan Tsanawiyah, PINK membuka madrasah Aliyah. Namun, ternyata hanya empat orang siswa saja yang melanjutkan di Aliyah PINK. Selebihnya ada yang meneruskan belajar di pesantren lain dan ada pula yang bekerja. Meskipun siswanya hanya tinggal empat orang yang masuk ke kelas 1 Aliyah—bahkan hingga tiga tahun pelajaran hanya 4 orang itu saja siswanya di Aliyah—namun para guru tetap mengajar dengan semangat hingga empat siswa itu lulus dari Aliyah PINK.
Dua orang lulusan dari Aliyah PINK meneruskan belajar di Fakultas Adab IAIN (sekarang UIN), Jakarta. Satu orang melanjutkan studi di IKIP (sekarang UNJ), Rawamangun, mengambil Jurusan Bahasa Arab, dan satu orang lagi bekerja. Dua orang alumni pertama Aliyah PINK yang kembali berkhidmah di PINK setelah menyelesaikan kuliahnya adalah Drs. H. Abd. Rosyid Thoha, M.Mpd, lulusan Fakultas Adab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan (Alm.) Drs. Moh. Fauzi Yunus, M.Mpd, lulusan IKIP, Rawamangun, Jakarta.
Sejak awal berdiri, YAPINK telah mengalami empat kali pergantian pimpinan. Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar menjabat sebagai Pimpinan YAPINK, hingga akhir hayat beliau pada tanggal 27 Januari 2003. Selanjutnya, kepemimpinan diamanatkan kepada Ustz. Hj. Nurhaidah Abdillah (isteri almarhum/anak dari Alm. H. Abdillah) yang menjabat mulai tahun 2003 sampai dengan 2008. Dalam masa transisi, Alm. H. Abdillah—Ketua Dewan Pendiri saat itu—memberikan mandat kepemimpinan kepada caretaker, (Alm.) Ust. Abd. Fattah Yasin Anwar, SS (adik Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar) pada bulan Januari-Maret 2008. Dan terakhir, pada bulan Maret 2008 kepemimpinan diamanatkan kepada H. Ahmad Kholid Dawam, Lc. M.Hum (putera Alm. KH. Drs. Moh. Dawam Anwar) hingga saat ini.
Pesantren YAPINK yang beraliansi pada Nahdlatul Ulama (NU), menitikberatkan pendidikannya pada pendalaman ilmu Al-Quran-Al-Hadits, kemampuan Bahasa Arab dan penguasaan membaca kitab kuning. Saat ini YAPINK telah menjadi salah satu lembaga pendidikan yang besar, dengan berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari Raudlatul Athfal (RA/TK Islam), MI, MTS, MA, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (INISA). Dalam bidang pengabdian masyarakat, YAPINK berkhidmah dengan menyelenggarakan Majelis Ta'lim dan Bimbingan bagi calon-calon jamaah haji dan umroh melalui KBIHU YAPINK. Pesantren YAPINK sudah cukup lama berkiprah di tengah-tengah masyarakat dan telah melahirkan ribuan alumni terbaiknya yang tersebar di mana-mana. Bahkan, saat ini YAPINK telah memiliki 10 cabang binaan yang tersebar di wilayah Jawa Barat, Jakarta, dan Lampung. Hal ini patut disyukuri, karena cita-cita Almarhum Kyai Dawam yang telah memberikan nama pesantrennya sebagai "el-Nur el-Kasysyaf" (cahaya penerobos) dengan izin Allah swt. telah terbukti. Para alumninya menjadi tokoh-tokoh yang hebat dan berguna di masyarakatnya masing-masing. Semoga Pesantren YAPINK selalu berjaya dalam semua harapan, dan senantiasa dalam lindungan dan kasih sayang Allah swt. Amin.